
Akademi Paradigta merupakan sebuah program inovatif dari Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga atau biasa disebut PEKKA. Kata “paradigta” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya perempuan yang berdiri dengan tegar dan mantab. Program ini dimulai sejak tahun 2016 dengan tujuan utama untuk memperkuat peran perempuan dalam masyarakat. Program Akademi Paradigta dirancang untuk kader Perempuan Kepala Keluarga atau PEKKA dan perempuan lainnya di perdesaan dan pinggir kota dengan cara yaitu adanya pemberian pendidikan dan pelatihan yang terstruktur oleh mentor-mentor.
Program Akademi Paradigta memiliki sebuah lokakarya penulisan modul (writeshops) yang difasilitasi oleh REMDEC. Terdapat beberapa modul yang dikembangkan untuk Pendidikan Kader Desa di Akademi Paradigta. Dalam modul yang telah disusun terdapat fokus pembelajaran yang akan dibahas di dalam kelas dan setelahnya akan adanya tugas lapangan yang kemudian terdapat tugas akhir atau semacam karya tulis. Sejak 2016 sampai sekarang program ini telah terlaksana di desa-desa yang terdapat di berbagai provinsi yang terdapat di Indonesia, salah satu provinsi yang terlibat yaitu Jawa Tengah. Pada tahun 2024 ini Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan menjadi salah satu daerah terpilih untuk adanya program Akademi Paradigta dan program ini terlaksana sejak tanggal 21 Juni 2024. Adapun prosedur pelaksanaanya dimulai dari adanya sosialisasi, kemudian ke DP3 untuk rekomendasi Kecamatan Sragi, dilanjut ke Kecamatan Sragi untuk meminta rekomendasi nama desa yang bisa dan mau diajak untuk bekerja sama dalam program ini.
Program Akademi Paradigta di Kecamatan Sragi ini memiliki 2 (dua) kelas, masing-masing kelas terdiri dari 3 (tiga) Desa yang tergabung didalamnya. Kelas pertama dilaksanakan di Desa Bulaksari dengan gabungan Desa Ketanonageng dan Desa Mrican dan untuk kelas kedua terdapat di Desa Purworejo yang tergabung di dalamnya yaitu Desa Kedungjaran dan Desa Klunjukan. Terkait dengan jumlah anggota yang mengikuti kurang lebih 20-24 peserta dengan masing-masing kelas yaitu 3 (tiga) mentor. Fokus utama adanya program ini di Desa Bulaksari dan Purworejo yaitu untuk pengembangan kapasitas perempuan agar mereka menjadi pemimpin yang kuat, percaya diri, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi komunitas mereka.
Berbagai macam respon pemerintah dan masyarakat terkait dengan Akademi Paradigta. Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa program ini membuang waktu dan kurangnya dukungan dari pemerintah. Untuk kabupaten Pekalongan sendiri sebagian perempuan masih tunduk ke suami meskipun budaya patriarkinya sudah berkurang. Namun terkadang perempuan masih takut terhadap laki-laki, di pelosok desa masih banyak laki-laki yang menganggap perempuan lebih rendah. Salah satu contohnya terdapat seorang ibu yang bergabung dengan Akademi Paradigta menceritakan bahwa ia jika berpendapat tidak dianggap oleh suami dan berujung pertengkaran. Dengan mengikuti Akademi Paradigta ini, ia lebih bisa mengutarakan pendapatnya sehingga dapat meminimalisir adanya pertengkaran tersebut. Contoh positif lainnya dari program ini untuk kelas Bulaksari dan Purworejo yaitu adanya modul terkait dengan pengarahan untuk mengorganisir orang dewasa dan juga mengorganisir anak muda, dimana impact dari modul tersebut adanya pengarahan kepada anak-anaknya untuk menjadi generasi pembaharu dengan adanya aksi nyata. Sedangkan untuk aksi orang dewasa yaitu terkait dengan kebersihan lingkungan.
Akademi Paradigta terus berkomitmen untuk memberikan edukasi-edukasi positif untuk membantu para perempuan menjadi sosok yang tangguh dan berani. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi seperti kurangnya respon pemerintah dan masyarakat, susahnya untuk merekrut anggota dan menyakinkan untuk bergabung dengan kelas Akademi Paradigta, selain itu tidak adanya dukungan dari keluarga yang masih menganggap bahwa kegiatan tersebut tidak bermanfaat menjadi tantangan besar bagi para mentor. Terkait dengan hal tersebut bu Erna dan bu Lia sebagai mentor Akademi Paradigta berharap semoga akan terjadi kerjasama yang lebih baik lagi antara masyarakat, karena masyarakat saat ini hidup lebih individualisme. Tetapi dengan adanya proyek keluarga, proyek dengan lingkungan masyarakat diharapkan lebih bisa mengakrabkan. Selain itu harapan lainnya, dengan adanya Akademi Paradigta ini masyarakat lebih dekat dengan pemerintah desa, sehingga apa yang mereka butuhkan dapat dikomunikasikan dengan baik, hal tersebut dapat berdampak pada desa itu sendiri. Kemudian karena di dalam modul juga melibatkan anak-anak, harapannya muncul anak-anak pembaharu dan anak-anak yang kecanduan gadget dapat diarahkan oleh orangtua untuk melakukan kegiatan positif lainnya.
Penulis : Nur Sopiah
Narasumber : Mentor Akademi Paradigta Kelas Bulaksari Sekaligus Kader PEKKA (Erika Siska Apriliani dan Erna